InilahIndonesia.com, Takalar – Nasib pilu dialami Abdullah Dg Dulla, warga Dusun Suli, Desa Galesong Baru, Kabupaten Takalar. Rumah dan seluruh harta bendanya ludes terbakar pada malam hari di bulan Januari 2025 lalu.
Namun, hingga kini, lebih dari delapan bulan pasca-musibah, ia dan keluarganya belum juga mendapat perhatian dari pemerintah, baik di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten.
Musibah kebakaran itu menelan kerugian lebih dari Rp150 juta. Rumah Abdullah rata dengan tanah, hanya tersisa puing-puing yang menjadi saksi bisu betapa beratnya beban hidup yang ia pikul. Sejak peristiwa itu, Abdullah bersama keluarganya terpaksa bertahan hidup seadanya tanpa rumah layak huni, tanpa bantuan darurat, bahkan tanpa sentuhan sedikit pun dari instansi terkait.
Dengan nada penuh kekecewaan, Abdullah menuturkan,
“Sejak kebakaran, kami tidak pernah mendapat bantuan dari pihak manapun. Padahal rumah kami rata dengan tanah. Kami sangat terpukul, dan sampai hari ini kami harus bertahan seadanya. Kami hanya butuh sentuhan pemerintah agar bisa bangkit kembali.”
Kondisi memilukan ini memantik kritik tajam dari warga sekitar. Mereka menilai, pemerintah seharusnya hadir cepat saat warganya tertimpa musibah, apalagi dengan adanya Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang mestinya bertugas merespons situasi darurat.
Namun kenyataan berbicara sebaliknya. Abdullah dan keluarganya seolah dibiarkan berjuang sendiri tanpa uluran tangan dari pemerintah. Salah seorang warga berinisial A menyampaikan sindiran keras,
“Kalau ada pesta, pejabat bisa hadir, tapi kalau ada warganya kena musibah, kenapa seakan tutup mata?” (Senin, 25/8/2025).
Sorotan juga datang dari aktivis Lembaga Pemberantasan Korupsi dan Penegakan Keadilan (L-PK2), Syarifuddin. Ia menilai, diamnya pemerintah dalam kasus ini adalah bentuk nyata lemahnya kepedulian terhadap rakyat kecil.
“Ini bukan sekadar soal bantuan material, tapi soal keberpihakan pemerintah. Jangan hanya hadir saat pilkada dengan janji-janji manis, tapi ketika rakyatnya tertimpa musibah justru ditinggalkan. Ini bentuk kelalaian serius yang tidak boleh dibiarkan,” tegasnya.
Masyarakat menuntut agar Pemerintah Kabupaten Takalar segera mengambil langkah nyata. Mereka berharap bukan hanya sebatas janji manis, melainkan tindakan konkret berupa bantuan material dan dukungan sosial yang dapat meringankan beban keluarga Abdullah.
Tragedi ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah agar tidak abai terhadap nasib rakyat kecil yang tertimpa musibah. Sebab, hadirnya negara seharusnya paling terasa justru saat warganya berada dalam kesulitan.
Pewarta: Umar / Tim Med






